
Kelas Menyimak Video Dokumenter Mikro
Seperti format dokumenter yang lebih panjang, dokumenter mikro bercerita tentang cerita non-fiksi. Micro-documentary (microdoc) juga bisa disebut sebagai film pendek untuk menyampaikan pesan atau cerita dalam waktu yang terbatas dan biasanya digunakan juga untuk menampilkan sisi human condition yakni berbagi cerita yang menampilkan berbagai subjek yang melakukan rutinitas tindakan manusia yang tidak biasa atau menarik. Kelas Microdoc ini menjadi salah satu bagian dari program Videoge bagian Divisi Multimedia dalam skema Merekam Kampung Lama; merekam dinamika pengetahuan yang terjadi dalam keseharian warga, kisah inspiratif, fenomena, kuliner, lingkungan, asal-usul, kesenian dan budaya atau segala sesuatu yang berkembang di dalamnya dalam bentuk format dokumenter pendek.
Kelas Microdoc ini terdiri tiga model kelas yakni kelas wacana, praktik, dan menyimak dengan mengutamakan praktik kemudian didiskusikan. Proses-proses yang diobrolkan dalam kelas mencakup dari temuan riset, membuat logline (paragraf intisari cerita), pembuatan naskah/skenario dokumenter, mendaftar kebutuhan gambar (shotlist) dan pengambilan gambarnya, editing, pembuatan poster film hingga rencana pemutarannya kelak. Latihan membangun imajinasi, membuat logline, hingga pembelajaran teknis pengambilan gambar diupayakan melalui nonton bareng, diskusi dan berbagi pendapat dengan menggelar ‘Kelas Menyimak’ setiap akhir pekan sepanjang proses produksi.
Sementara ‘Kelas Wacana’ diisi dengan materi pembelajaran tentang [1] pengenalan sejarah singkat dokumenter, [2] serta materi tentang pemilihan topik/ ide cerita sebagai pemilihan topik yang kontekstual dengan menemukan idenya sejak dari hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Dalam hal ini adalah upaya yang dilakukan dalam kegiatan Merekam Kampung Lama yang terdiri dari Kampung Air, Kampung Tengah, Kampung Cempa, Kampung Ujung, Kampung Baru dan sekitar permukiman di kelurahan Labuan Bajo. ‘Kelas Praktik’ meliputi latihan riset dan olah data untuk menemukan sudut pandang cerita namun mengupayakan kedalaman atau kekayaan informasinya melalui praktik penelitian. Upaya membangun imajinasi, latihan membuat logline, hingga pembelajaran teknis pengambilan gambar melalui nonton bareng dan diskusi yang cair secara berkala. []